Bintan Villa Spa Resort bangunan hotelnya terbagi atas rumah2 kayu yang berada Di atas laut (ini yang mahalnya), dan untuk kamar standard nya berbentuk tembok dan ber tingkat dua tanpa lift.
Jadi buat yang tidak mau capek2 naik turun tangga dengan koper, lebih baik pesan Di lantai dasar. Terutama untuk orang tua. Pemandangan laut hanya tampak sebagian dari kamar. Di hotel ini ada jacuzzi yang menghadap ke laut langsung dan ruangan yang menjorok ke laut untuk yoga.
Fasilitas kamar maupun lingkungannya terlalu mahal jika Di bandingkan dengan harganya. Karena harga yang ditetapkan untuk konsumsi bule. Saat itu juga ada tamu2 yang semuanya bule. Hanya kami yang “bule” local.
Di hotel ini Di sediakan beberapa aktifitas seperti berperahu melewati hitam mangrove sambil melihat kunang2, berperahu ke kelong yang lokasinya 7 menit dari hotel ke spit snorkeling, banana boat, jet ski dll. Tapi harga yang ditawarkan sangat menguras kantong bagi Turis domestic. Para petugasnya juga kurang ramah. Bahkan dalam bahasa tubuhnya tampak setengah hati terhadap turis domestic. Hal mana membuat kami merasa asing di negara sendiri. Apalagi saat itu Air laut sedang surut berkilo2 meter. Sehingga tampak bangunan hotel hanya ber diri Di atas pasir berlumpur putih bersama kotoran laut. Tampak kumuh dan sama sekali tidak menarik.
Ada satu ciri khas dari areal pantai Trikora ini, mulai jam 11.30 siang sampai jam 18.00 sore Air laut akan surut sangat jauh dari bibir pantai. Baru perlahan mulai terisi lagi pukul 18.00 sampai siang...Bintan Villa Spa Resort bangunan hotelnya terbagi atas rumah2 kayu yang berada Di atas laut (ini yang mahalnya), dan untuk kamar standard nya berbentuk tembok dan ber tingkat dua tanpa lift.
Jadi buat yang tidak mau capek2 naik turun tangga dengan koper, lebih baik pesan Di lantai dasar. Terutama untuk orang tua. Pemandangan laut hanya tampak sebagian dari kamar. Di hotel ini ada jacuzzi yang menghadap ke laut langsung dan ruangan yang menjorok ke laut untuk yoga.
Fasilitas kamar maupun lingkungannya terlalu mahal jika Di bandingkan dengan harganya. Karena harga yang ditetapkan untuk konsumsi bule. Saat itu juga ada tamu2 yang semuanya bule. Hanya kami yang “bule” local.
Di hotel ini Di sediakan beberapa aktifitas seperti berperahu melewati hitam mangrove sambil melihat kunang2, berperahu ke kelong yang lokasinya 7 menit dari hotel ke spit snorkeling, banana boat, jet ski dll. Tapi harga yang ditawarkan sangat menguras kantong bagi Turis domestic. Para petugasnya juga kurang ramah. Bahkan dalam bahasa tubuhnya tampak setengah hati terhadap turis domestic. Hal mana membuat kami merasa asing di negara sendiri. Apalagi saat itu Air laut sedang surut berkilo2 meter. Sehingga tampak bangunan hotel hanya ber diri Di atas pasir berlumpur putih bersama kotoran laut. Tampak kumuh dan sama sekali tidak menarik.
Ada satu ciri khas dari areal pantai Trikora ini, mulai jam 11.30 siang sampai jam 18.00 sore Air laut akan surut sangat jauh dari bibir pantai. Baru perlahan mulai terisi lagi pukul 18.00 sampai siang hari berikut nya. Saat surut, kita bisa berjalan kali dengan bebas Di tengah laut sampai ke pulau2 terdekat. Lautnya pun datar sampai jauh sekali. Mungkin juga karena saat itu sedang Gerhana bulan total. Atau dikenal dengan “Super Blue Blood Moon”.
Saat itu para nelayan juga enggan melaut karena gelombang laut mencapai 3 meter sedang kan mereka hanya menggunakan kapal sederhana saja.
Selengkapnya
Tampilkan lebih sedikit