Saya tidak tahu alasan kantor yang mengundang saya memilih hotel ini. Hotelnya bangunan lama, banyak kamar kosong dan dibiarkan terbuka, membuat kesan seram. Kalau kamar memang kosong, sebaiknya pintu ditutup saja, jadi tamu pun tidak tahu itu kamar isi atau kosong. Kalau melewati kamar dengan pintu terbuka, tamu akan was-was jangan jangan akan melihat orang lain di kamar. Sebenarnya fasilitas standar ada, seperti TV model baru, coffee pot plus kopi teh, wi-fi di kamar, cermin, tissue paper, lemari pakaian dengan gantungan yang cukup banyak, juga sandal jepit. Tapi banyak hal yang kurang diperhatikan misalnya ada meja kerja, tapi tidak ada kursinya. Ada kursi rotan untuk santai tapi tidak bisa untuk kerja karena terlalu rendah. Kerja di tempat tidur lampu kurang terang dan ac langsung menyemprot ke kepala. Terpaksa bekerja di kegelapan dengan kepanasan karena tanpa ac. Colokan (steker) listrik semuanya model gepeng, sehingga harus minta dulu diantar agar bisa menggunakan laptop dan charger HP. Mengingat lokasinya bukan lokasi wisata, apakah tidak terpikirkan bahwa tamu kebanyakan datang untuk bekerja? Makan juga harus di tempat tidur atau di kursi rotan tapi piring di"sangga" (dipegang tangan) atau dipangku karena ketinggian meja bukan untuk meja makan. Yang paling membuat saya sedih adalah makanannya. Saya pesan nasi, kangkung balacan, dan ayam penyet, tapi ayam penyet tidak ada, jadi saya ganti nasi capcay. Saya membayangkan nasi putih dan capcay yang terpisah, sehingga bila tidak ingin makan nasi, saya bisa makan capcaynya saja. Ternyata yang datang nasi yang hilang karena ditimbun dengan capcay kental, yang membuat saya langsung hilang selera makan. Padahal saat puasa, saya biasa makan saat selesai sholat, terbayang akan jadi seperti apa itu nasi. Saya memilih tidak makan malam itu. Apalagi setelah saya tanya menu sahur, katanya hanya ada nasi goreng. Kebetulan saya memang tidak doyan nasi goreng. Dia menyarankan pesan yang lain saja karena restoran buka 24 jam, tapi saya sudah trauma. Apalagi saya sempat menjilat capcay nya, tidak ada rasanya, mungkin kokinya juga berpuasa. Padahal harga makanannya sudah tarif hotel, bukan harga makanan rumah makan biasa. Fihak hotel menawarkan pengantaran mobil (drop off) gratis untuk mencari makanan ke luar, tapi saya tolak karena saya sendirian dan tidak mengenal medan. Pelayanan sudah bagus, makanan buka puasa datang tepat jam 18.00 karena waktu buka puasa di sana 18.13. Ketika minta sambungan steker juga tidak memerlukan waktu lama.Saya rasa manajemen perlu belajar menginap di hotel lain, cobalah sekali2 menginap di hotel yang jelek, kemudian yang bagus, dan rasakan apa yang seharusnya ada di hotel. Dengan sedikit sentuhan, paling kurang memenuhi kebutuhan dasar tamu, hotel ini akan jauh lebih baik.