Saya terakhir menginap di hotel ini ini kira-kira 20 tahun yang lalu dan berkesempatan untuk menginap lagi di hotel ini.
Nuansanya masih terlihat tua walaupun sudah terlihat beberapa renovasi minor di lobinya , pelayanan yang diberikan oleh resepsionis yang kalau nggak salah namanya Mbak Ira sangat ramah dan kami dapat kamar sebelum jam 12 alias early check in.
(Ada ATM di dalam lobi sehingga tidak perlu keluar kemana-mana).
Kamarnya sangat luas untuk ukuran hotel di Jakarta karena hotel tua, termasuk kamar mandinya juga luas sekali seperti kamar di hotel bintang 5 namun bedanya kamar yang saya tempati tipe terbawah jadi tidak ada bathtub-nya. Dan saya agak kaget teh yang disuguhkan adalah Dilmah. Luar biasa.
Namun beribu sayang walau sudah renovasi tetapi kesan tua tidak bisa dihilangkan, mebelnya terlihat tua. Walau begitu pemandangan yang saya dapat bisa menghadap ke GBK dan Sudirman sehingga dapat meningkatkan mood. Keren.
Makan pagi menerapkan protokol kesehatan yang baik sekali dengan memberikan sekat pada meja makan dan pada bagian prasmanan, makanan harus diambilkan oleh staf agar tidak disentuh banyak orang.
Sayangnya walau makanannya enak pilihannya amat terbatas (soto, nasi dan lauk pauk, roti, bubur dan beberapa pilihan lain), minumannya lebih parah tidak ada jus pada saat itu. Hanya air tok. Untungnya bisa dilayani dengan reffil keliling.
Restoran terlihat baru direnov dengan gaya Indonesia yang apik, tapi untuk additional charge breakfast, harganya termasuk mahal tidak sebanding dengan kelasnya
Banyak hand sanitizer di berbagai sudut termasuk lift, jadi aman. Beberapa fasilitas selama pandemi tidak dioperasikan termasuk kolam waktu itu.
Parkir lumayan luas walau outdoor. Serta dekat dengan mal dan pusat bisnis. Apalagi pusat olahraga terbesar seperti Gelora Bung Karno, pintu masuknya dekat sekali dengan Hotel Century. Andaikata hotel ini benar-benar diperbaharui dan dirombak total pasti laku keras karena masalahnya hanya TUA saja. Cukup baik lah untuk staycation dan berolahraga