Hotel Bumi Sawunggaling
Lihat harga untuk tanggal wisata Anda
Tentang
Hotel Bumi Sawunggaling merupakan pilihan tepat saat mengunjungi Bandung. Kombinasi ideal antara harga, kenyamanan, dan kepraktisan, tempat ini menawarkan suasana yang sesuai untuk keluarga dengan fasilitas yang di desain untuk wisatawan seperti Anda.
Wi-fi gratis ditawarkan untuk para tamu, dan kamar di Hotel Bumi Sawunggaling memiliki penyejuk udara.
Selama Anda menginap, gunakan fasilitas yang ditawarkan, seperti layanan kamar. Tamu Hotel Bumi Sawunggaling juga dapat menikmati lounge di properti. Untuk tamu yang mengemudi, parkir gratis tersedia.
Karena berdekatan dengan beberapa tempat terkenal, seperti Masjid Salman ITB (0,8 km) dan Gedung Sate (1,0 km), para tamu Hotel Bumi Sawunggaling dapat mengunjungi beberapa lokasi populer di Bandung.
Jika Anda mencari restoran asia, coba kunjungi Warung Setiabudi (Surabi Enhaii), Hummingbird Eatery, atau Batagor Kingsley, semua terletak berdekatan dengan Hotel Bumi Sawunggaling.
Jika tertarik menelusuri Bandung, jangan lupa untuk melihat salah satu museum sains, seperti Museum Geologi, Puspa Iptek Sundial, dan Bandung Science Center.
Anda pasti akan menikmati menginap di Hotel Bumi Sawunggaling sambil menikmati semua yang Bandung dapat tawarkan.
Lokasi
Ulasan
- 5
- 21
- 16
- 7
- 3
- Saring
Kami memilih hotel tsb karna lokasinya berdekatan dgn pemberhentian/pemberangkatan Travel Car.
Saya menempati kamar standar fasilitas bathtub namun kurang bersih (sesuai kelasnya).
Sarapan y sesuai dgn kelasnya (nasi goreng/roti/teh/kopi).
Saya mencoba fasilitas massage di kamar dan cukup relax.
Lokasi dekat dgn pusat kota bandung.
Secara umum hotel ini bagus dan sesuai kelasnya.
Pembayaran biaya menginap/sewa tempat meeting dapat menggunakan cash, debit ataupun transfer, sangat memudahkan pelanggan
Pada tahun yang sama Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) atau yang dikenal kemudian sebagai Institut Teknologi Bandung dibuka. Soekarno tercatat sebagai mahasiswa teknik sipil pada tahun 1921 dan lulus tahun 1926.
Seiring perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa, rumah ini kemudian dihibahkan kepada pemerintah dan dialihfungsikan menjadi asrama mahasiswi ITB. Selanjutnya menjadi asrama mahasiswa atau lebih dikenal sebagai Rumah E. Dengan demikian bangunan Indo Belanda ini menyimpan banyak sejarah dan kenangan, terutama bagi para alumni.
Dalam perjalanan sejarah berikutnya, pada 6 Januari 1997 Prof Wiranto Arismunandar selaku Rektor ITB menggagas, agar Rumah E ini dialihfungsikan menjadi Wisma Tamu ITB Sawunggaling. Wisma ini terus mengalami perkembangan dan pada tanggal 27 April 1998 diresmikan menjadi Hotel Bumi Sawunggaling oleh Prof Dr Ir Lilik Hendrajaya MSc.
Ketika penulis menikmati satu malam di Kamar 101 pada Sabtu 22 Oktober 2016, prasasti peresmian itu terbaca di lobby yang sekaligus menjadi ruang penerimaan tamu. Di meja penerima tamu terdapat ikon ITB berupa patung mini Ganesha. Wanita resepsionis sebagaimana juga petugas pria yang menyambut di halaman bersikap sigap dan ramah, termasuk membantu membawakan barang atau memayungi di kala hujan.
Lokasai Hotel ini sangat strategis di kawasan Dago, dekat jembatan Pasupati, Baltos atau Balubur Town Square dan tentu saja pusat jajan dan kafe yang buka hingga dini hari. Sekelilingnya pohon tinggi besar dengan halaman yang cukup luas.
Di sayap samping terdapat kafe dan lounge Dacosta cukup luas yang sekaligus menjadi tempat sarapan. Di depan ada kolam kecil dengan ikan hias, antara lain ikap sapu sapu, sedangkan di dalam tampak ada panggung kecil. Tiang tiang kafe serupa dengan tiang kampus ITB bernuansa batu alam dengan cat hitam putih.
Kamar tipe superior cukup luas dan terawat, bahkan tampak baru, walaupun perabotan berupa lemari baju dua pintu dan satu kursi serta meja merupakan perabotan kayu lama. Televisi layar datar dengan saluran kabel dan AC yang berfungsi baik. Ada juga kulkas kecil kosong.
Tempat tidur sendiri berukuran King yang cukup untuk tidur bertiga. Sprei putih tanpa noda. Tidak ada aksesoris lain, kecuali satu repro foto hotel bersejarah di Bandung. Sandal kamar rupanya harus diminta melalui telepon. Namun, teko pemanas air beserta teh gula tersedia.
Kamar mandi juga bersih dengan bath tub dan shower air panas dingin yang kencang. Peralatan mandi dari handuk putih lebar hingga pernak perniknya tersedia.
Menu sarapan cukup bervariasi. Ada nasi goreng mentega, ikan saos lemon, sayuran tahu, spaghetti bolonais, roti dan pemanggang serta pojok omlet atau telor dadar. Tentu kopi dan teh tak ketinggalan
Hotel ini mempunyai tiga lantai dengan 22 kamar, tanpa lift. Empat kamar di lantai. bawah. Jargonnya di kartu nama tertulis "My Home in Bandung" dan "Feel the Nostalgic Aura." Di kaca depan terpampang stiker tripadvisor.
Penghargaan yang pernah diraih antara lain "Terbaik I Hotel Bintang I" dari Dinas Pariwisata Kota Bandung." Penghargaan ini tidak terbaca tahunnya. Tulisan pun sudah buram. Sungguh pun demikian, menginap semalam cukup merasakan aura nostalgia dan seperti di rumah. Tidak ada yang patut dikeluhkan. ***
"Lantai bawah"Baca ulasan lengkap
"kamar dengan kelas yang lebih tinggi (kalau tidak salah sawunggaling room) memiliki kamar yang lebih luas dan nyaman"Baca ulasan lengkap
"di lantai dasar ruangannya lebih luas dan bersih, walau agak berisik dgn suara kendaraan yang lewat"Baca ulasan lengkap
"Konfirmasi ke hotel untuk dapat kamar yang memiliki jendela dengan view ke jalan Taman Sari atau jalan Sawunggaling. Kebisingan lumayan, jadi lantai dasar atau lantai dua tidak terlalu berbeda."Baca ulasan lengkap
Anda pemilik atau pengelola properti ini? Klaim daftar Anda secara gratis untuk meninjau serta memperbarui profil, dan masih banyak lagi.
Klaim Daftar Anda