Saya hanya dapat melihat ada 1 ulasan bernilai 2 bintang, dan entah mengapa TripAdvisor menampilkan 4 bintang!!! Saya mengalami hal serupa. Saya sedang berada di perjalanan dari Medan lewat Berastagi dan Ketambe lalu terus ke Banda. Sial datang di Ketambe. Saya mengalami kecelakaan dan mendapat enam jahitan sehingga harus segera mendapatkan penginapan setelah 8 jam melalui jalan-jalan berliku dalam sebuah bus mini. Tawarannya adalah Renggali jadi tempat terbaik untuk ditinggali di Takengon. Setelah tiba di sana saat malam, tidak ada satu pun yang pantas dituliskan... kecuali beberapa pengalaman paling buruk saat menginap di hotel. Pertama, dengan harga 250000 rupiah (tarif pesan langsung 350K ke atas), ini adalah semahal biaya untuk sampai ke daerah ini, dan Takengon adalah sebuah kota kecil. Tidak satu orang pun berbicara bahasa Inggris. Saya anggap ini tidak masalah; Saya suka saat kita tidak mengetahui bahasa... Seru. Ya, tapi begitulah. Seluruh hotel kosong namun hotel ini menolak memberikan saya tarif lebih murah atau memberikan akomodasi di bangunan resepsi sekalipun kondisi kaki saya begitu buruk. Tanpa ada pilihan, saya akhirnya masuk ke kamar standar yang cukup jauh (koridor terbuka menuju danau). Kamar pertama berbau tak sedap, tua, minim penerangan untuk membaca buku, kamar mandinya kotor.. Anda pasti bisa membayangkan. Jadi, saya menolak kamar ini untuk mendapat kunci kamar lain. Setelah empat kamar, saya memilih salah satu yang tidak sebau kamar lainnya dan lumayan bersih. Saya harus menghabiskan satu jam untuk mengusahakan hal ini, yaitu meminta handuk bersih, kertas toilet, selimut, wew! Di tengah masa menginap, listrik padam. Jadi, baiklah, tidak ada air panas atau air apa pun karena pompa airnya mati. Ini belum selesai. Hotel ini tidak punya dapur untuk makan siang atau makan malam. Satu-satunya pilihan adalah pergi ke kota dengan becak. Biaya becak sebesar 40,000 rupiah (20,000 jika Anda dapat menawar dengan pintar). Jadi, sungguh, biaya kamar di sini lebih seperti 400,000. Akan tetapi, sarapan tetap disajikan ;-D Di pagi hari, tepat saat saya mau menggosok gigi, listrik padam. Listrik terus padam sampai bus mini tiba yang mau saya naiki tiba. Jadi, saya tidak mandi sama sekali. Untungnya, hotel ini punya dispenser air. Ini terlalu parah untuk ukuran hotel terbaik di Takengon. Untungnya, saya belum membayar lunas jadi saya menolak untuk melunasinya, menuliskan surat keluhan tentang kekecewaan yang besar lalu meninggalkan hotel itu. Namun, pemandangan di sini memang indah ;-D Uang saya sebesar dua sen... tinggal di kota itu. Hotel apa pun di daerah tersebut jelas lebih bagus bahkan dengan harga yang lebih murah. Anda dapat mengunjungi danau dengan becak atau berjalan kaki dari kota.…